top of page

RELATIONSHIT #3

  • Gambar penulis: sweet&sin
    sweet&sin
  • 12 Agu 2023
  • 4 menit membaca

Diperbarui: 14 Agu 2023

Relationshit. Lagi.


Sejujurnya gue berharap tulisan mengenai relationshit nggak akan menemui episode ke tiga di blog ini, karena agaknya kurang etis apabila mengharapkan kemunculan topik terkait untuk jadi bahan tulisan, tapi ya bagaimana lagi, gue ketemu nih dan gemes banget mau bahas ‘the ick’ yang gue temuin dalam hubungan romansa antar manusia yang gue saksikan secara langsung dengan mata minus -1.00 dan -0.75 ini.



Terakhir kali gue merilis tulisan relationshit di blog ini pada bulan januari tahun lalu, cukup lama. Namun bukan berarti gue sama sekali nggak menemukan hal-hal yang membuat kerutan di dahi saat mendengar atau menyaksikannya. Yup, saking banyaknya, gue sampai males sendiri mau nulis, belum nulis yang pertama eh udah ketemu yang kedua, dst. Salah satunya adalah cara sebagian orang memandang atau dalam hal ini yaitu ‘mengoreksi’ fisik partner mereka. Lo nggak salah baca, iya fisik. Kalau ditanya sepenting apa sih tampilan fisik partner / pacar lo buat diri lo? Gue bisa bilang, cukup penting, tapi bukan sebuah keharusan, dan sepertinya banyak yang sependapat dengan gue kali ini.



Manusia pada marwahnya memanglah menyukai keindahan, siapa penduduk muka bumi yang tidak suka sesuatu yang menyenangkan mata dan mengenyangkan pikiran? Dari wallpaper hp yang indah, bunga yang indah dan wangi, baju yang cantik, berikut juga tampilan fisik seseorang, manusia cenderung memilih yang indah / cantik bagi indra mereka. Jika ditanya “Memangnya yang cantik / indah itu yang bagaimana?” adalah persoalan lain lagi, hal ini memiliki nilai yang berbeda di mata manusia satu dan yang lain, kita tidak dapat memaksakan kebenaran kita yang merupakan penilaian pribadi untuk menjadi kebenaran pada diri orang lain juga. Pada intinya, manusia memiliki preferensi estetikanya masing-masing.


Kembai ke persoalan relationshit yang gue temui. Beberapa waktu yang lalu, gue menemukan salah satu ‘the ick’ dalam romansa yang cukup bikin gue takjub karena gue nggak mengira akan menyaksikannya secara langsung.

LIVE kalau kata berita


Di zaman ini


Di tahun ini


Like…..WHAT’S GOING OOONNN? (hurufnya kudu dobel biar berasa hebohnya)


Setiap orang pasti memiliki tipe fisik ideal, baik untuk diimplementasikan pada diri sendiri atau harapan bahwa partner mereka memiliki tipe fisik sesuai preferensinya. Di media sosial pun topik fisik ideal sudah menjadi bahasan sehari-hari yang nggak bosan-bosannya menjadi perbincangan. Si A ingin memiliki bentuk tubuh seperti si B, Si B ingin memiliki pacar dengan anugrah fisik seperti si C, dan seterusnya. Berikut juga cara pasangan mereka dalam memposisikan diri saat sang partner ingin mencapai tipe fisik dan body image mereka, entah pada kondisi tubuh tertentu sang pasangan mendukung keinginan partner mereka untuk merubah pola hidup seperti mengkonsumsi makanan tertentu, melakukan kegiatan tertentu agar impian parnet mereka tercapai. Ini seru, siapa yang nggak suka memperoleh dukungan parner saat lo mau mencapai impian lo? Tapi masalahnya dalam urusan body image, nggak melulu soal partner yang mendukung secara positif tapi juga ada yang mencoba memaksakan ideologi-ideologi mereka mengenai body image untuk diterapkan pada pasangan mereka secara ugal-ugalan, yang gue maksud bukan lagi hal positif karena disini yang gue temui justru seseorang yang menginginkan perubahan fisik pada diri pasangannya menjadi their dream person…physically. Again. Physically, bukan karena itu keinginan pasangan, tetapi karena itu sepenuhnya keinginan mereka. Parahnya ada juga yang melakukan itu dengan calling out their partner’s biggest insecurities in PUBLIC. Yup! That kind of human does exist.



ree

Movies: Atonement (2007)


Manusia yang menggunakan berbagai cara untuk menjejalkan kebenaran mereka kepada orang lain agar terwujud meski harus mengesampingkan pendapat orang yang katanya meraka sayang. What a total bulshit right there.


Mengumbar insekuritas pasangan di depan orang lain hanya untuk memperoleh validasi bahwa pendapat mereka adalah benar bukanlah hal yang patut dibanggakan.

Misalnya jika si A megatakan bahwa tipe fisik ideal untuk partner mereka yakni yang memiliki fisik seperti Idol kesukaannya, namun pada dunia nyata pasangan mereka (si B) tidaklah memiliki fisik demikian, B sadar akan hal ini, she’s/he’s healty but not perfect (no ones perfect after all), she/ he has some insecurities just like us, and she/he don’t wanna talk about it let alone publicly. Hal ini tidak membenarkan perilaku si A yang mana secara SADAR mengumbar hal-hal yang menurut mereka kurang secara fisik dari pasangannya di depan orang lain dan terus menjejalkan bagaimana tipe fisik ideal mereka dengan harapan sang pasangan dapat mewujudkannya karena terdesak.



I would never think it’s appropriate for a partner let alone someone you love, to basically be like “This is what I want you to look like” or “This is the people I’ve been with. Be like them”. Shut the f up!



The idea of making your partner feels like they have to look a certain way in order to receive love from you is super fucked up. Calling out your partner’s biggest insecurities in public and trying to make it seems like a light-hearted joke just because you’re laughing….No. That’s pure evil. Grow up and stop being so ignorant. You’re embarrassing yourself.


I'm personally, that’s not how my love works, and I don’t wanna be with somebody like that.


Insekuritas merupakan topik sensitif, kita tidak tahu dengan membahas hal tersebut di depan orang lain akan memicu apa pada pemiliknya. Membungkusnya dengan gurauan tidak mengurangi rasa tidak nyaman yang ditimbulkan. Jika memang tipe fisik yang diinginkan tidak ada pada pasangan atau tidak mungkin ada pada dirinya, lantas mengapa sedari awal memilih untuk bersama? Are you under influence of some kind of hard drugs or something?. Ataukah dia bermain dengan pengharapan bahwa tipe fisik impian mereka pada pasangan akan terwujud out of nowhere?. Kalau diibaratkan dalam keluarga buah-buahan nih, kaya lo mau semangka tapi malah beli mangga, mau diapa-apain juga nggak bisa si mangga cosplay jadi semangka. Balik lagi, bagaimana pun yang ada dihadapan mereka ya pasangan mereka dengan segala ketidak sempurnaannya seperti manusia pada umumnya, seperti diri mereka sendiri (entah diakui atau tidak). Agaknya kalimat klise berikut perlu diselipakan dalam setiap diri manusia: Dukung mereka dengan baik sebagaimana kamu ingin didukung, sayangi mereka sebagaimana kamu ingin disayangi. Be human.





P.S: Don’t wish a Barbie when you’re not Ken!

 
 
 

Postingan Terakhir

Lihat Semua
“We’re just friends”

“I know” I know by the way you see me like you never met someone like me before, the way your eyes lit up every time you watched me...

 
 
 

Komentar


Post: Blog2_Post
bottom of page