RELATIONSHIT #2
- sweet&sin

- 8 Jan 2022
- 3 menit membaca
Diperbarui: 26 Jun 2022
Ehm! Ehm! (Mukadimah dulu ceritanya)
Oke sip! Langsung aja
Manusia adalah adalah makhluk paling rumit, ada banyak sekali hal yang perlu diperhatikan untuk bisa mengerti manusia dan pikirannya. Nah, satu individu aja sulit dipahami, apa lagi dua. Menjalani suatu hubungan khususnya romantisme, umumnya akan ada dua individu yang terlibat. Bayangin betapa banyak kemumetan yang akan hadir, sebab membuat kedua manusia dan pikirannya saling berjalan beriringan nampaknya bukan hal yang easy-peasy. Ada aja gesekan yang terjadi. Sebut saja ā¦pertengkaran.
Mungkin bagi sebagian orang pertengkaran dalam hubungan adalah suatu ākewajaranā, bumbu spesial dalam romansa, yang bikin hubungan itu punya beragam rasa manis-asem-asin mirip si permen beken jaman jadul. Ada juga yang bilang, pertengkaran bisa bikin masing-masing pihak jadi makin sayang (ini setan dalam diri gue ikut nyebut denger kalimat itu). Tapi, kalau diibaratkan makanan, bukannya kebanyakan bumbu malah bikin eneg?.

Orpheus and Eurydice by Edward Poynter (1862)
Dalam hidup, ārasaā dan āperasaanā itu penting sih, biar kita bener-bener dapet feelnya sebagai makhluk hidup dan bikin manusia terhindar dari emotional numbness yang mengerikan (gue pernah nulis ini di postingan sebelumnyaā¦cek ya! xixixi). Tapi, apa jadinya kalau rasa yang hadir selalu itu-itu muluā¦kecewa, gedek, berang, atau bahkan pengen nampol seseorang? Mungkin dalam beberapa waktu, kita bisa menerima hal itu sebagai sebuah ākewajaranā. Tapi, kalau hadir tiap hari apa nggak melelahkan? Emosi dan energi dikuras habis-habisan, belum hal-hal lain yang kadang ikut bikin mumet, galon abis, LPG kosong, atau disuruh emak matiin kran.
Tiap hari bertengkar, beradu argumen dan berakhir mungkin dengan silent treatmentā¦kurang mengerikan apa sih menjalin hubungan? terlepas dari siapapun yang salah. Mungkin nggak semua pasangan saling bertengkar setiap harinya, ada yang bae-bae aja enjoy kaya naik bajaj. Tapi, nggak dipungkiri ada juga yang tiap hari berasa berada di ring tinjuā¦gedek gitu bawaannya. Nah, di sini gue bingung nihā¦.ākok bisa?ā gitu ae pertanyaan gue. Sebagian orang menjawab āOrang kalau pas PDKT ama pas jadian suka beda gitu bawaannyaā, sedangkan yang lain jawab āDahlah penting dia sayang gue-gue sayang diaā.
Nah loh! Nambah lagi beban pikiran gue yang suka nyari-nyari pertanyaan absurd di dunia penuh tipu muslihat ini
Emang dasarnya otak gue suka nyari kesibukan meski raga gue mager mampusā¦gue masih belum ketemu nih, jawaban memuaskan dari kopel-kopel lovers ini (khususnya yang hobi bertengkar). Kok bisa?....Kok bisa mereka bertengkar hampir tiap hari, dengan orang yang katanya āmereka sayangā? Kok bisa masalah yang di-up itu-itu mulu? Kok bisa masalah yang itu-itu mulu nggak juga kunjung usai? Dan kok bisa mereka tetap bertahan dengan situasi yang nggak mengenakkan ini dalam waktu yang lama? Sesayang-sayangnya mereka.
WHY?!
Sumpah ini bukannya gue sok iye, tapi emang pengen tahu jawabannya, mungkin bisa jadi bahan refleksi pendewasaan gue kedepannya, anggap aja gue lagi riset. Tapi kalau boleh jujur karena jujur adalah sebagian dari iman, dari analisa gue yang kuliahnya molor iniā¦karena satu atau kedua belah pihak merasa mereka hanya punya satu sama lain, iya nggak sih? koreksi kalau gue salah. Maksudnya gini, mereka merasa nggak ada yang lebih mengerti mereka selain satu sama lain, baik-buruknya mereka setidaknya masing-masing sudah paham. Kalau nyari orang baru, tentu perlu waktu dan penuh ketidakpastian. Jadi mereka lebih memilih yang udah ada di depan mata, yang pasti-pasti aja gitu kaya gaji PNS. Kayanya dari situlah pemakluman atau toleransi bisa muncul. Gue nggak menyalahkan. Mungkin toleransinya gede banget nih, jadi oke-oke aja diajak ribut mulu, debat mulu kaya capres (canda!). Tiap hari lagi. Heran gue.
Ada saat-saat di mana gue sebagai outsider dalam hubungan romansa kopel-kopel lovers dan gue ngeliat mata seseorang yangā¦beda (Ini bukan masalah mata die ada tiga atau vertikal). Lo pernah nggak sih ngeliat mata seseorang terus muncul aja gitu pemikiran āNih orang lagi teriak di dalemā, kayanya capeeek banget (e-nya 3) hidupnya. Di situasi itu lo nggak tahu mesti ngelakuin apa selain hanya duduk nemenin mereka pura-pura hepi padahal lagi sedi. Kadang itu juga bikin gue ngerasa lemah banget jadi temen. Meski dalam pikiran gue nih lagi heboh banget nyari file jokes-jokes receh yang gue temuin di akun meme semalem, buat bikin suasana agak mendingan.
Fyuhā¦
Apa pemakluman atau toleransi atas dasar romantisme bisa sedemikian mengerikan? Sampai seseorang keliatan setengah hidup gegara (yang katanya) belahan jiwanya sendiri?
Kalimat-kalimat āYou deserves better than thisā atau āYouāll be fineā sepertinya nggak bikin semua jadi lebih baik. Seada-adanya kita sebagai temen, sesayang-sayangnya kita sebagai temen nggak akan berada dititik yang sama dengan orang yang mereka cintai. Jika pada akhirnya ada kata yang keluar dari mulut gue, nggak lebih dari sekedar,
āYou can talk to me or not talk to me. But, Iām hereā
Udah.
Terus kita nyesep kopi sampe mabok asam lambung hingga pagi, diem-dieman aja kaya pelaku pesugihan.
Besoknya siapin diri lagi buat menyaksikan hal yang sama.
Sepertinya luka dan cinta adalah hal adiktif lain selain narkoba, demen banget orang-orang bertahan dan berkubang di ketidaknyamanan, meski ya kadang dalam hubungan ada juga episode seneng-senengnya.
Ya nggak apa-apa kalau milih hidup penuh rasa ikhlas nyrempet-nyrempet masokis gini.
Tapi guenya heran hehe....
Dah~.




Komentar