top of page

Jealousy and Narcissism

  • Gambar penulis: sweet&sin
    sweet&sin
  • 17 Okt 2023
  • 4 menit membaca

Diperbarui: 19 Okt 2023

Degrading other women out of jealousy over a man is not healthy


Kita tentunya sering menemui kalimat “women support women” bersliweran di berbagai platform, perempuan seharusnya saling mendukung satu sama lain, membentuk hubungan pertemanan atau persahabatan dengan satu sama lain. But, Let’s be real! Tidak semua perempuan adalah orang yang baik, teman yang baik atau sahabat yang baik. Yah, selayaknya manusia pada umunya. Setiap orang memiliki skala yang berbeda untuk mengukur baik/buruknya manusia, tapi pada keadaan tertentu sesama perempuan bisa sependapat bahwa salah satu dari mereka telah melakukan sesuatu yang terlalu jauh, yang tidak seharusnya dilakukan kepada orang lain. jadi akan lebih tepat jika “women support women” dilengkapi dengan kalimat tambahan “....but women does not support evil women”.


Mari kita kulik sedikit lebih dalam



Jeaolusy atau kecemburuan menurut Cambride Dictionary merupakan sebuah rasa tidak senang dan kemaharan karena orang lain memiliki sesuatu atau seseorang yang kita inginkan. Melengkapi pengertian tersebut, Collins Dictionary mendefinisikan kecemburuan sebagai rasa kemarahan atau kepahitan yang dimiliki seseorang ketika mereka berpikir jika orang lain sedang mencoba merampas kekasih, teman, atau kepemilikan atas sesuatu dari mereka. Ada berbagai hal yang menyebabkan kecemburuan timbul pada diri manusia, namun tidak serta-merta hanya mengenai rasa ketidak senangan bahwa seseorang memiliki sesuatu yang kita inginkan atau ketidak senangan karena seseorang berusaha mengambil apa yang kita punya, kecemburuan timbul dan diperkuat oleh akar yang lebih rumit dari itu: Insekuritas yang kemudian berpotensi menimbulkan rasa takut berlebih.



But today we’re not gonna talk details about that, Insecurity could causing problems on so many levels? Yes. But the “what’s meant to you would find you and vice versa” phrases solves many many problem.

Semua emosi yang dirasakan manusia adalah valid, manusia juga memiliki hak kebebasan yang sama untuk memiliki pemikiran dan pendapat dalam kepala mereka, tapi tidak semua manusia atau bahkan tidak sama sekali memiliki hak untuk mengambil tindakan atas dasar emosi dan pemikirannya.


Fenomena kecemburuan pada perempuan seringkali tidak jauh dari persoalan perempuan lain yang dirasa tidak sebanding dengan mereka atau persoalan klasik yang telah booming sebelum masa kemerdekaan… romantisme dengan lawan jenis. Manusia menyukai perhatian, entah menjadi ‘The Centre of Attention’ secara publik atau privat, manusia memiliki tendensi menyukai menjadi pusat perhatian manusia lainnya. It’s okay, it’s all good sampai manusia memutuskan akan melakukan segala cara demi memperoleh perhatian manusia lain dengan merendahkan orang yang dianggap “pesaing”. Sebagai perempuan, adakalanya kita mampir atau bahkan menetap pada fase dimana kita mulai melihat kualifikasi dari perempuan-perempuan lain, membuat list panjang tentang standar kecantikan luar dalam untuk kemudian ia bandingkan dengan dirinya. Jika hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan harapan, insekuritas mulai mengambil alih diri, insekuritas ini kemudian membentuk pemikiran atau bahkan tindakan-tindakan yang cenderung kurang etis sebagai coping mechanism, seperti timbul ketidaksukaan pada “pesaing” dan terkadang pada fase ini juga menimbulkan kepercayaan diri yang berlebihan dengan tendensi merasa superior yang cenderung tampak narsis jika dirasa “pesaing” memiliki kualifikasi yang tidak sebanding dengannya.



ree

Hera and Her Attendants by Herbert Olivier (1961-1922)


Seputar urusan romansa, perempuan seringkali nampak kehilangan jati diri. Perempuan bisa menjadi haters paling keji jika merasa hubungan romansanya terancam, dan begitupun sebaliknya, perempuan akan menjadi musuh paling buruk saat ingin mendapatkan yang ia inginkan. Perempuan bisa lupa akan prinsipnya bahwa standar-standar tertentu pada perempuan adalah fana karena merasa terancam akan kehilangan perhatian laki-laki yang disukai. Mereka mulai mengeluarkan kalimat-kalimat ketidaksukaan pada perempuan lain and it’s always something like “Better than his ex”, “I had a better syle”, “She’s like this, she’s like that but I’m better than her, tho”, atau bahkan mulai melakukan tindakan-tindakan yang sama tidak etisnya seperti memulai atau ikut serta dalam pertikaian –yang entah diakui atau tidak- hanya untuk menentukan siapa yang lebih baik dan berhak disukai oleh laki-laki impian mereka, menilai orang lain hanya dari satu perspektif bias miliknya. It’s like trying to convince everyone of her greatness. Why? Who are she really trying to convince?.


Degrading other women out of jealousy over a man is not healthy, it’s giving narcissism. Put yourself into a fight with some other girl to get a jackass male attention is low, very low.

Pada fase ini perempuan sering gagal untuk memahami dan menerima kenyataan bahwa ada banyak faktor kenapa manusia memutuskan untuk memilih seseorang yang akan mereka kasihi. Seperti pernyataan diatas, manusia memilki kebebasan untuk berpikir dan berpendapat namun sebelum memutuskan mengambil tindakan akan lebih baik mempertimbangkan berbagai faktor, misalnya “Apakah ini akan mempermalukan kemajuan peradaban manusia?” atau “Apa efek yang akan timbul dari tindakan inj?” and yada yada yada.


Mungkin lebih mudah untuk menunjukkan bahwa kita tidak mendukung perempuan yang merendahkan perempuan lain hanya untuk memperoleh atensi atau validasi. Namun, dalam lingkar pertemanan agaknya sulit untuk dilakukan, kecenderungan manusia untuk memiliki suara yang sama dengan orang terdekat mereka akan membuat individu yang memiliki pendapat berbeda sulit menyuarakan pemikirannya. Nampaknya disinilah salah satu ujian mental manusia terjadi, melihat bagaimana teman mulai melemparkan ketidaksukaan terhadap perempuan lain sebab persoalan romansa dengan lawan jenis. Here’s the thing about friendship, a real one, we want to grow up together, be a better person, kinder...Jika dirasa apa yang mereka lakukan tidak sesuai dengan nilai-nilai yang kita anut, akan lebih baik untuk menyuarakannya dengan bahasa yang baik, mungkin mereka tidak akan langsung setuju, tapi jika mereka benar-benar teman yang baik dan peduli…she will understand, setidaknya tidak akan membicarakan topik tersebut di hadapan kita.


Terlebih, agaknya kurang menguntungkan untuk menyumbangkan banyak energi kepada orang lain dimana kita melemparkan energi-energi negatif seperti ketidaksukaan, bukankah lebih baik menyimpan energi itu untuk diri sendiri dan menggunakannya untuk hal-hal yang memiliki nilai positif lebih?.


If he wanna stay, he will

But If he wanna go just say “good bye”, why would you put so much energy and time to keep a non fully developed frontal lobe boy that makes you constantly worried about your relationship while he’s flirting with another girl?


 
 
 

Postingan Terakhir

Lihat Semua
“We’re just friends”

“I know” I know by the way you see me like you never met someone like me before, the way your eyes lit up every time you watched me...

 
 
 

Komentar


Post: Blog2_Post
bottom of page